Libas 220 Kilometer Bersama Yamaha Grand Filano : Enak Dipakai Riding Jauh?

 

Autotech23 - Sejak diperkenalkan di awal 2023, nama Yamaha Grand Filano memang menjadi salah satu model classy Yamaha yang diburu oleh konsumen. Alhasil, inden dari motor ini sempat mengular di bulan-bulan awal penjualannya, walaupun kini sudah berangsur normal. Nah, kami pun sudah pernah mencoba motor ini di awal tahun, namun dalam ruang lingkup yang terbatas yaitu di dalam kota Surabaya saja. Dan kali ini, kami bisa membawanya sedikit lebih jauh dengan berpindah kota ke Malang dan Batu dalam acara Classy on Vacation. Lantas, bagaimana impresi Yamaha Grand Filano saat dibawa jauh? Yuk kita bahas. DominoQQ

Yamaha Grand Filano Buat Turing?

Awalnya, kami agak skeptis saat mendengar akan berjalan ratusan kilometer menggunakan sebuah Yamaha Grand Filano. Bagaimana tidak, Yamaha Grand Filano seperti yang kita ketahui merupakan motor urban yang biasanya hanya dipakai di dalam kota saja. Namun, kami harus garis bawahi bahwa tebakan kami tersebut kurang tepat pasca mencoba langsung Yamaha Grand Filano dari Surabaya ke Malang dan Batu. FYI, jarak total yang kami tempuh selama 2 hari 1 malam adalah 226 kilometer dengan rute Surabaya-Malang-Batu- Surabaya. Jadi, dari berangkat hingga kembali ke Surabaya.

Kami pun melewati banyak model medan yang berbeda-beda, mulai jalanan macet di Surabaya dan Sidoarjo, jalan antar kota dari Porong hingga Lawang, jalanan padat di kota Malang, hingga tanjakan dan turunan terjal di Batu. Dan dari seluruh tipe medan tersebut, bisa dikatakan Yamaha Grand Filano mampu melibas semuanya. Oke, kita mulai dahulu dari posisi berkendara. Sebelumnya, kami mengeluhkan jok motor ini yang tidak ada support belakang yang bisa menahan pantat. Jadi, joknya terasa flat. Namun, di sisi lain, jok yang flat dan lebar ini bisa menopang paha kita dengan baik dengan mengatur posisi duduk agak ke belakang. Alhasil, distribusi bobot tidak hanya bertumpu pada pantat saja.

Bagasi Luas, Fitur Memanjakan Pengguna

Efeknya, pantat kita tidak akan terlalu capek karena menopang tubuh, dan itu ternyata jadi salah satu aspek yang krusial saat harus berkendara di atas 2 jam. Walaupun begitu, kami tetap menyoroti busa joknya yang masih terasa keras. Masih membahas posisi duduk, kami juga merasa nyaman dengan dek yang lebar dan posisi tangan yang rileks. Pindah ke masalah fungsionalitas, Yamaha Grand Filano memberikan akomodasi bagasi yang juga memanjakan. Kami bisa meletakkan backpack berukuran 17 liter, sepasang jas hujan baju dan celana, 1 buah air mineral 600ml, dan juga box action camera dengan nyaman di dalam bagasinya. Selain itu, kantong di bagian depan juga bisa untuk 1 botol lain. Mantap.

Kami juga menikmati fitur yang diberikan oleh motor ini, seperti sub display berwarna yang tetap terlihat jelas walaupun kami melakukan perjalanan di siang yang terik. Selain itu, adanya port charger di bagian depan juga kami manfaatkan untuk mengisi daya sepanjang perjalanan. Sayangnya, tidak ada laci tertutup yang bisa menjadi tempat menaruh handphone, sehingga kami meletakkanya di kantong jaket sambil terhubung via kabel. Sebenarnya ada lagi fitur Y Connect yang bisa dimanfaatkan, hanya saja kami tak sempat melakukan pairing pada smartphone kami. Oiya, lampu LED-nya juga bisa memberikan pencahayaan yang baik di gelap malam.

Mesin Kuat Di Putaran Bawah & Menengah

Berikutnya, kita bahas peforma mesinnya. Mesin Blue Core Hybrid yang jadi ciri khas Yamaha Grand Filano memang memiliki tenaga yang lebih kuat di putaran bawah. Dan kami menikmatinya saat berjalan dari Surabaya hingga Porong yang cenderung banyak stop and go. Begitu kami melibas jalan antar kota ke Malang, kami masih bisa menikmati powerband menengah-nya yang cenderung padat untuk meliak-liuk diantara kendaraan lain. Hanya saja, saat jalanan kosong dan lapang, perlu waktu untuk mencapai kecepatan di atas 80 km/jam, terutama saat motor mulai bergerak di 70 km/jam. Sebenarnya karakter ini masih wajar, karena sekali lagi Yamaha Grand Filano memang didesain untuk urban use.

Namun bukan berarti Yamaha Grand Filano tidak bisa dipacu di atas 80 km/jam sob. Bisa kok, hanya saja perlu ‘digiring’ untuk bisa mencapai kecepatan tersebut. Handling motor ini juga masih bisa diandalkan berkat ban tapak lebar yang digunakan. Sehingga, saat kita melewati jalanan yang tak rata masih ada confidence untuk melibasnya tanpa perlu takut oleng. Motor ini juga masih cukup ok saat diajak berbelok di jalanan yang meliak-liuk, thanks to tangki di bagian bawahnya yang membuat center of gravity lebih baik. Sedangkan peforma pengeremannya juga cukup baik, dimana kami sempat beberapa kali melakukan hard braking saat ada orang menyeberang atau kendaraan lain yang berhenti mendadak.

Suspensi Lebih Cocok Untuk Urban

Satu hal yang kami soroti juga ada pada karakter suspensinya. Suspensinya memang lebih empuk ketimbang sang adik, Yamaha Fazzio. Travel yang lebih panjang namun dengan karakter rebound yang cepat membuatnya terasa pas. Kami pun belum menemukan gejala jedug di suspensi depan seperti halnya Yamaha Freego. Hanya saja, karakter suspensinya lebih cocok untuk penggunaan dalam kota, bukan untuk luar kota. Selain jok yang agak keras, karakter suspensinya yang mungkin kami keluhkan di trip kali ini. Namun, sekali lagi, memang rute kali ini sedikit di luar peruntukan Yamaha Grand Filano. Namun, justru di rute ini kami menemukan banyak perspektif lain seperti yang kami bagikan di atas.

Konsumsi BBM Yamaha Grand Filano

Dan terakhir, bagaimana dengan konsumsi BBM-nya? Banyak followers kami yang menanyakan hal ini. Dan jujur saja, trip kali ini tidak ada agenda irit-iritan ataupun mengukur konsumsi BBM. Namun, kami tetap memperhatikan konsumsi BBM-nya. FYI, saat mengetes Yamaha Grand Filano di bulan Februari lalu, kami mendapatkan konsumsi BBM full to full di angka 52,6 km/liter dengan RON 92. Lantas, bagaimana dengan trip kali ini? Berdasarkan average di MID, kami masih mendapatkan angka 1:60’an saat perjalana dari Surabaya ke Porong. Di ruter tersebut, kami berjalan santai dan banyak stop and go yang memang menjadi ‘makanan’ dari teknologi Blue Core hybrid Yamaha.

Namun, saat kami mulai memacu Yamaha Grand Filano dengan kecepatan tinggi, konsumsi BBM-nya turun ke angka 47,7 km/liter. Angka itu kami dapat saat kami berkendara dari Porong hingga masuk kota Malang. Belum selesai siksaannya, kami pun membawa motor ini nanjak-nanjak di Batu. Angka MID pun naik saat kami bergerak turun dari Batu ke arah Surabaya, bahkan sempat menyentuh 70 km/liter. Dan kami finish di Yamaha STSJ Basuki Rahmat Surabaya dengan angka MID di 59,2 km/liter. Irit? Boros? Kembali ke kalian masing-masing. Yang jelas, pengalaman riding kami dengan Yamaha Grand Filano kali ini membuat kami menyadari bahwa sebenarnya motor ini punya potensi.

Kalau saja mesinnya ada teknologi VVA, jok lebih empuk, dan setup suspensi juga dibuat lebih nyaman, maka bisa saja Yamaha Grand Filano menjadi motor yang asik untuk cruising jarak jauh. Terlepas dari khayalan kami itu, motor ini tetap menjadi opsi yang menarik sebagai urban bike yang bisa menarik perhatian sekeliling kalian. Bagaimana menurut kalian, kawan?


Comments